JAKARTA — Dalam satu dekade terakhir, industri e-commerce Indonesia mengalami dinamika besar. Persaingan yang semakin ketat, perubahan strategi bisnis, hingga pergeseran perilaku konsumen membuat sejumlah platform memilih menghentikan layanannya, sebagian bahkan menutup operasional secara penuh.
Salah satu kasus yang menonjol adalah Bukalapak. Setelah dikenal sebagai salah satu Unicorn kebanggaan Indonesia, pada awal 2025 perusahaan ini resmi menutup layanan marketplace untuk produk fisik. Fokusnya kini bergeser ke penjualan produk digital, termasuk pulsa, token listrik, dan layanan pembayaran. Langkah tersebut diambil karena kontribusi penjualan fisik terhadap pendapatan perusahaan sangat kecil.
Daftar platform yang berhenti beroperasi cukup panjang. Blanja.com, hasil kerja sama Telkom dengan eBay, menutup layanan pada September 2020 karena perubahan strategi. Elevania, e-commerce hasil patungan XL Axiata dengan SK Planet dari Korea Selatan, menutup layanannya pada 2023 setelah hampir satu dekade beroperasi.
Qlapa, yang menawarkan produk kerajinan lokal, tak mampu bertahan di tengah dominasi pemain besar seperti Tokopedia dan Bukalapak. Sementara Rakuten dari Jepang mundur setelah lima tahun karena pergeseran model bisnis yang dinilai tidak sesuai target pasar. Cipika, besutan Indosat, hanya bertahan tiga tahun akibat perkembangan yang lambat.
Multiply, yang awalnya media sosial, gagal berkembang setelah pindah basis dari AS ke Indonesia. MatahariMall.com, yang lahir dari rebranding Matahari.com pada 2015, akhirnya berhenti menerima penjual pihak ketiga dan kemudian menghilang dari persaingan. Toko Bagus pun berubah menjadi OLX pada 2014 dan kini berfokus pada penjualan mobil bekas di bawah nama OLX Autos.
Raksasa global JD.id juga angkat kaki dari pasar Indonesia pada 2023. Keputusan ini diambil induk usahanya, JD.com, untuk mengalihkan fokus ke pembangunan rantai pasok lintas negara. Dan terakhir, Bukalapak yang kini meninggalkan produk fisik untuk memperkuat segmen digital.
Fenomena ini menjadi cerminan kerasnya persaingan e-commerce di Indonesia. Hanya pemain dengan strategi adaptif, efisiensi tinggi, dan inovasi berkelanjutan yang berpeluang bertahan di pasar yang terus berubah.