Meningkat 6,3% pada 2025, Gaji di Indonesia Tetap Kompetitif di Tengah Tantangan Ekonomi

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Rata-rata gaji karyawan di Indonesia diperkirakan akan meningkat sebesar 6,3% pada tahun 2025. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan proyeksi rata-rata kenaikan tahun 2024, yang berada pada 6,0%. Kenaikan ini menunjukkan optimisme terhadap stabilitas ekonomi, meskipun tantangan makroekonomi masih membayangi.

Hal tersebut terungkap dalam laporan Total Remuneration Survey (TRS) 2024 yang dirilis oleh Mercer, sebuah perusahaan konsultan global yang memimpin dalam pengelolaan hasil pensiun, investasi, serta kesehatan dan kesejahteraan karyawan. Mercer menganalisis kebijakan remunerasi terhadap 4.606 jabatan pekerjaan di lebih dari 585 perusahaan di Indonesia, memberikan wawasan mendalam tentang tren kompensasi di berbagai sektor.

Dalam survei ini, semua perusahaan yang berpartisipasi menyatakan rencana untuk memberikan kenaikan gaji pada tahun depan. Namun, proyeksi kenaikan gaji bervariasi di antara sektor industri. Industri teknologi tinggi (high-tech) mencatat kenaikan gaji yang lebih kecil pada tahun 2025, dengan proyeksi 5,9%, menurun dari 6,0% pada 2024 dan 6,2% pada 2023. Di sisi lain, industri consumer goods serta pertambangan dan jasa pertambangan menunjukkan optimisme lebih besar, dengan proyeksi kenaikan masing-masing sebesar 6,7% dan 5,8%. Ini mencerminkan keyakinan terhadap kinerja keuangan sektor-sektor tersebut di tengah berbagai dinamika bisnis.

Associate Director Mercer Indonesia, Yosef Budiman, mengungkapkan bahwa meskipun sektor teknologi tinggi sedang berkembang pesat, perusahaan-perusahaan di sektor ini perlu berhati-hati dalam meningkatkan biaya tetap karyawan. Pendekatan ini dinilai penting untuk menjaga keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang. Sementara itu, sektor consumer goods dan pertambangan memiliki ekspektasi positif terhadap kinerja keuangan mereka pada tahun mendatang.

Namun, survei juga mencatat penurunan persentase perusahaan yang berniat menambah tenaga kerja pada tahun 2025. Hanya 25% perusahaan yang berencana merekrut lebih banyak tenaga kerja, menurun dari 35% pada tahun sebelumnya. Selain itu, tingkat turnover sukarela juga menunjukkan tren penurunan, dari rata-rata 7,2% pada 2022 menjadi 6,4% pada 2023, dan diproyeksikan sebesar 6,6% pada 2024.

Dalam hal kompensasi, sekitar 95% perusahaan yang disurvei telah mengadopsi rencana insentif jangka pendek, seperti bonus tahunan. Sementara itu, insentif jangka panjang seperti opsi saham atau rencana saham terbatas meningkat dari 29% pada 2023 menjadi 33% pada 2024. Industri pertambangan menonjol dengan menawarkan bonus yang mencapai 4-5 kali gaji pokok bulanan, jauh di atas rata-rata industri lainnya yang berkisar pada tiga kali gaji pokok bulanan.

Market Leader Mercer Indonesia, Astrid Suryapranata, menekankan bahwa kondisi bisnis saat ini memaksa perusahaan untuk fokus pada produktivitas karyawan. Selain insentif finansial, perusahaan juga mulai mengeksplorasi imbalan non-moneter untuk menjaga motivasi dan retensi tenaga kerja. Strategi ini diharapkan dapat menciptakan keseimbangan antara efisiensi bisnis dan keberlanjutan jangka panjang.

“Para pemimpin bisnis harus mampu merancang pendekatan yang mendorong kinerja optimal sekaligus memperhatikan kesejahteraan karyawan. Upaya ini tidak hanya relevan untuk mencapai target bisnis tetapi juga menjaga loyalitas tenaga kerja di tengah kompetisi yang semakin ketat,” ujar Astrid.

Subscribe to My Newsletter

Subscribe to my weekly newsletter. I don’t send any spam email ever!