Jakarta – Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Veronica Tan tercatat memiliki harta kekayaan bersih sebesar Rp24,39 miliar, menurut Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) per 5 Januari 2025. Selain menjabat sebagai wamen, ia juga merangkap sebagai Komisaris PT Citilink Indonesia, anak usaha Garuda Indonesia di sektor penerbangan berbiaya rendah.
Aset terbesar Veronica berupa dua bidang tanah dan bangunan di Jakarta Utara dengan total nilai mencapai Rp17 miliar. Properti ini mendominasi portofolio kekayaannya, diikuti oleh surat berharga senilai Rp5,2 miliar dan kas atau setara kas Rp858 juta.
Dalam sektor otomotif, ia tercatat memiliki dua unit mobil listrik Wuling E260REV30KW tahun 2022 dan 2024 senilai Rp550 juta. Pilihan kendaraan ramah lingkungan ini sejalan dengan tren keberlanjutan yang kini juga menjadi perhatian di kalangan pejabat publik.
LHKPN juga mencantumkan harta bergerak lain sebesar Rp488 juta dan aset tambahan senilai Rp494 juta. Di sisi kewajiban, Veronica memiliki utang sebesar Rp297 juta, sehingga total kekayaan bersihnya tetap di angka Rp24,39 miliar.
Veronica menyerahkan LHKPN setelah dilantik sebagai Wakil Menteri PPPA pada 21 Oktober 2024. Rangkap jabatannya di Citilink memunculkan sorotan, meskipun besaran remunerasi dari posisi tersebut belum diumumkan ke publik.
Dikenal sebagai mantan istri dari Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Veronica sebelumnya aktif mendampingi Ahok saat menjabat Gubernur DKI Jakarta. Ia pernah memimpin Tim Penggerak PKK DKI Jakarta dan aktif di berbagai kegiatan sosial, termasuk di Yayasan Kanker Indonesia.
Lahir di Medan, 4 Desember 1977, Veronica menempuh pendidikan arsitektur di Universitas Pelita Harapan (UPH) sebelum akhirnya mendalami aktivitas sosial. Pascaperceraian pada 2018, ia mendirikan Yayasan Waroeng Imaji, ruang kreasi seni untuk anak-anak penghuni rusunawa.
Atas kiprahnya dalam pemberdayaan masyarakat, Veronica pernah masuk dalam daftar “20 Orang Paling Berpengaruh” versi Harper’s Bazaar tahun 2020. Gaya kerjanya dikenal inklusif dan humanis, dengan latar belakang arsitektur yang turut memengaruhi cara pandangnya dalam membangun ruang publik yang ramah dan partisipatif.