“Bukan ketakutan akan kegagalan yang melemahkan pengusaha, tapi ketidakpastian yang terus berubah tanpa arah.”
Kalimat ini mewakili kegelisahan banyak pelaku usaha di Indonesia hari ini. Seorang pemilik UMKM mengaku telah tiga kali mengubah strategi bisnisnya hanya dalam satu semester—bukan karena kehilangan pasar, melainkan karena regulasi yang berganti cepat, sering tanpa sosialisasi, bahkan tanpa masa transisi.
Indonesia bukan kekurangan semangat berwirausaha. Justru yang kini dibutuhkan oleh pelaku usaha adalah satu hal mendasar: kepastian.
Ketika Regulasi Menjadi Teka-Teki
Sepanjang 2024 hingga pertengahan 2025, serangkaian perubahan kebijakan menguji ketahanan sektor bisnis nasional:
- Revisi struktur pajak digital yang menyulitkan perencanaan keuangan pelaku UMKM dan startup teknologi.
- Penyesuaian tarif PPN terhadap barang dan jasa tertentu, diterapkan mendadak tanpa transisi memadai.
- Sistem OSS (Online Single Submission) yang belum stabil, sering kali menyulitkan terutama bagi pelaku usaha pemula.
Kondisi ini menciptakan satu konsekuensi serius: ketidakpastian usaha.
“Kami ingin taat aturan. Tapi kalau aturannya berubah saat kami sedang berjalan, bagaimana bisa?” – Dita, pemilik usaha jasa pendidikan digital.
Dampak Langsung di Lapangan
- Investasi Ditunda
Rencana ekspansi banyak pengusaha tertunda karena kekhawatiran regulasi berubah ketika investasi sudah terlanjur dikucurkan. - Kepercayaan Konsumen Melemah
Kenaikan harga mendadak akibat penyesuaian pajak sering menimbulkan persepsi negatif terhadap bisnis. Brand menjadi korban dari inkonsistensi sistem. - Karyawan yang Menanggung Beban
Ketidakjelasan dalam aturan ketenagakerjaan dan insentif sosial membuat tenaga kerja menjadi pihak pertama yang terdampak, baik dalam hal pemutusan hubungan kerja maupun penundaan hak.
Strategi Bertahan di Tengah Ketidakpastian
Meski situasi penuh tekanan, pelaku usaha Indonesia tidak menyerah. Mereka belajar menghadapi perubahan dengan lebih cerdas dan gesit.
1. Membangun Unit Pemantau Regulasi
Beberapa bisnis kini membentuk tim khusus untuk memantau dinamika regulasi. Informasi cepat memungkinkan manuver strategis yang presisi, terutama dalam aspek keuangan dan harga.
2. Model Bisnis Modular dan Fleksibel
Alih-alih fokus pada satu produk atau layanan, pengusaha kini mengembangkan unit bisnis yang bisa berdiri sendiri. Jika satu sektor terkena imbas regulasi, unit lain bisa menopang arus kas.
3. Kolaborasi dalam Komunitas Usaha
Komunitas lokal, asosiasi bisnis, dan jaringan profesional menjadi pusat pertukaran informasi, advokasi bersama, dan dukungan mental. Mereka bukan hanya berbagi solusi, tapi juga memperkuat daya tawar di hadapan pemerintah.
Di Tengah Ketidakpastian, Butuh Navigasi
Ketidakpastian bukan alasan untuk menyerah, tetapi panggilan untuk naik level dalam kepemimpinan bisnis.
“Pengusaha sejati adalah navigator. Kita tak bisa mengontrol arah angin, tapi bisa mengatur layar kapal.”
Kunci bertahan bukan dengan berharap situasi kembali tenang, tapi membangun sistem internal yang siap menghadapi perubahan. Edukasi tim, pemodelan risiko, dan pengambilan keputusan berbasis data menjadi pilar penting untuk terus melangkah meski arah angin berubah-ubah.
Pengusaha Bersuara, Pemerintah Harus Mendengar
Dalam sistem ekonomi yang sehat, suara pelaku usaha bukan hanya didengar setelah kebijakan ditetapkan, tetapi dilibatkan sejak tahap awal perumusan.
Beberapa aspirasi yang terus disuarakan:
- Transparansi dan Sosialisasi Awal: Aturan baru sebaiknya diumumkan minimal 3–6 bulan sebelum implementasi.
- Pelibatan Asosiasi Bisnis: Termasuk UMKM dan startup, dalam proses uji publik kebijakan.
- Stabilitas Sistem OSS dan Layanan Pajak: Tidak hanya digital, tetapi juga ramah pengguna dan terintegrasi.
Tanpa hal-hal ini, yang gagal bukan hanya bisnis, tapi juga kebijakan itu sendiri dalam membangun ekosistem wirausaha yang kuat.
Kisah Inspiratif dari Lapangan
“Lahirnya Brand Lokal dari Duka Peraturan”
Ketika aturan impor bahan baku kemasan berubah drastis, Ali—pemilik usaha makanan ringan—nyaris menutup bisnis. Namun ia beralih ke kemasan lokal dan menggandeng pengrajin daur ulang. Branding “green product”-nya justru meningkatkan omzet dan loyalitas pelanggan.
“Startup Pajak: Dari Masalah Menjadi Peluang”
Dua lulusan teknik frustrasi karena perubahan pajak digital yang membingungkan. Bukannya mengeluh, mereka membuat aplikasi pengingat dan kalkulator pajak UMKM. Kini, ribuan pelaku usaha bergantung pada layanan mereka untuk menghindari denda dan kelalaian administrasi.
Bukan Melawan, Tapi Melangkah Bersama
Jika pengusaha dituntut untuk melek regulasi, maka regulator pun perlu membuka ruang dialog dan edukasi. Hubungan ini tidak boleh satu arah.
Yang dibutuhkan:
- Literasi Kebijakan Bisnis di Komunitas dan Pendidikan Formal
- Kanal Komunikasi Dua Arah antara regulator dan pelaku usaha, yang memungkinkan diskusi, bukan sekadar pengumuman.
Penutup: Kepastian Adalah Modal Pertama
Indonesia tidak kekurangan ide, inovasi, atau energi pengusaha. Tapi tanpa kepastian, semuanya berdiri di atas tanah yang rapuh.
“Negara yang besar bukan hanya dibangun oleh semangat wirausaha, tapi juga oleh kebijakan yang memberi arah—bukan kebingungan.”
Untuk setiap pelaku usaha yang bertahan hari ini, sesungguhnya sedang mewariskan teladan ketangguhan. Dan untuk setiap pemangku kebijakan, ingatlah: setiap aturan yang Anda buat akan memengaruhi masa depan ekonomi bangsa, bukan hanya statistik.