Jakarta – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan pembangunan besar-besaran pembangkit energi hijau dalam sepuluh tahun ke depan. Dalam Rancangan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, kapasitas pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT) diproyeksikan meningkat hingga 42,6 Giga Watt (GW).
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, mengatakan bahwa total tambahan kapasitas pembangkit dalam periode tersebut mencapai 69,5 GW, dan lebih dari separuhnya berasal dari EBT.
“Ini menjadi porsi terbesar sepanjang sejarah. Dominasi EBT mencerminkan komitmen pemerintah dalam transisi energi bersih,” ujar Eniya dalam keterangan resminya.
Dari jumlah tersebut, energi surya mendapat porsi terbesar, yakni 17,1 GW. Disusul oleh energi air sebesar 11,7 GW, yang masih menjadi salah satu tulang punggung pembangkit ramah lingkungan di Tanah Air.
Sementara itu, pembangkit panas bumi atau geothermal ditargetkan bertambah sebesar 5,2 GW atau sekitar 12,2% dari total porsi EBT. Tak kalah penting, energi angin juga menjadi sorotan dengan penambahan kapasitas mencapai 7,2 GW atau sekitar 16,9%.
Energi lain yang juga masuk dalam perencanaan adalah bioenergi sebanyak 900 Mega Watt (MW), energi nuklir sebesar 500 MW, serta potensi arus laut sebesar 40 MW yang sedang dalam tahap studi di wilayah Indonesia Timur.
“Jadi, sekarang sudah mulai studi untuk melihat potensi arus laut di Indonesia Timur. Kita cantumkan dalam RUPTL, on-grid mungkin sekitar tahun 2030. Sekarang studinya sedang berjalan,” jelas Eniya.
Meski dominasi EBT semakin kuat, pembangunan pembangkit berbasis fosil tetap berjalan dengan porsi 16,6 GW, terdiri dari gas 10,3 GW dan batubara 6,3 GW.
Langkah ini menandai fase transisi besar dalam bauran energi nasional, sejalan dengan target net zero emission yang dicanangkan pemerintah. Pemerintah berharap langkah strategis ini akan membuka jalan bagi ekosistem energi bersih yang lebih kuat, berkelanjutan, dan merata di seluruh Indonesia.