Jakarta – Dua negara Teluk, Qatar dan Arab Saudi, kembali jadi sorotan karena perbandingan kekayaan yang mencolok. Meski secara wilayah dan populasi jauh lebih kecil, Qatar kini disebut sebagai negara terkaya di kawasan Timur Tengah, bahkan dunia.
Pendapatan per kapita Qatar mencapai USD118.150 atau sekitar Rp1,8 miliar per tahun, jauh melampaui Arab Saudi yang berada di angka USD71.370 atau sekitar Rp1,1 miliar. Angka tersebut menempatkan Qatar di puncak daftar negara terkaya di kawasan, mengalahkan bahkan Uni Emirat Arab.
Salah satu alasan di balik lompatan ekonomi Qatar adalah kekayaan gas alam cair (LNG) yang dikelola secara efektif. Dengan cadangan gas sekitar 900 triliun kaki kubik dan penduduk hanya sekitar 2,9 juta jiwa, distribusi kekayaan menjadi lebih merata.
Sekitar 55 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Qatar berasal dari sektor migas. Namun, berbeda dari negara penghasil minyak lainnya, Qatar aktif mengelola pendapatannya melalui Qatar Investment Authority, yang kini memiliki investasi global ratusan miliar dolar AS.
Qatar juga terbukti tangguh secara politik dan ekonomi. Saat diembargo oleh sejumlah negara tetangganya pada 2017, termasuk Arab Saudi dan UEA, Qatar tidak hanya bertahan tetapi berkembang. Negara ini memperkuat ketahanan pangan domestik dan menjalin kemitraan baru.
Strategi politik luar negeri Qatar pun cukup berbeda. Negara ini menjalin hubungan baik dengan AS dan Iran sekaligus, dua kekuatan yang biasanya berseberangan. Kedekatan dengan Iran, terutama di bidang energi, menjadi salah satu pembeda utama antara Qatar dan Arab Saudi.
Di sisi lain, Arab Saudi masih bertumpu pada kekuatan minyaknya. Meski memiliki program ambisius seperti Visi 2030 untuk diversifikasi ekonomi, implementasinya dinilai belum konsisten. Saudi Aramco tetap menjadi andalan utama dalam ekonomi negeri itu.
Kesuksesan Qatar bukan hanya soal kekayaan, tapi arah pembangunan. Investasi di sektor pendidikan, pariwisata, dan infrastruktur menunjukkan bahwa negara ini ingin menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan. Piala Dunia 2022 jadi simbol bahwa Qatar tak sekadar “kaya minyak”.
Sementara itu, Arab Saudi masih mencari pijakan yang kuat untuk mentransformasi ekonominya di tengah tantangan global. Pertarungan kekayaan dua raksasa Teluk ini, lebih dari sekadar angka: ini soal arah, strategi, dan kesiapan menyambut masa depan.