Jakarta — Fenomena cahaya misterius di Bulan kembali menjadi sorotan ilmuwan dunia. Selama berabad‑abad, astronom telah melaporkan adanya kilatan singkat, cahaya redup, hingga perubahan warna sesaat di permukaan Bulan. Fenomena ini dikenal sebagai Transient Lunar Phenomena (TLP) dan hingga kini penyebab pastinya masih belum terungkap.
Lebih dari 3.000 laporan TLP telah dicatat, dengan dugaan utama berupa tumbukan meteoroid yang menghasilkan kilatan cahaya singkat, serta pelepasan gas dari bawah permukaan Bulan yang dapat memantulkan sinar matahari atau memancarkan cahaya. Gas seperti radon dan argon diyakini kadang keluar melalui retakan di kerak Bulan, menandakan adanya aktivitas internal yang selama ini dianggap mati.
TLP menjadi tantangan besar bagi astronom karena sifatnya yang tidak terduga dan berlangsung singkat, sehingga sulit diamati secara langsung. Sebagian besar laporan hanya berupa pengamatan visual tanpa bukti foto, memicu perdebatan panjang mengenai asal usul fenomena ini. Namun, dengan teknologi teleskop resolusi tinggi, satelit pengorbit, dan sistem deteksi otomatis, kini ilmuwan mulai bisa merekam data lebih akurat.
Penelitian TLP bukan sekadar rasa ingin tahu. Analisis kilatan dan cahaya ini memberi wawasan penting tentang geologi Bulan, dinamika permukaan, hingga potensi sumber daya seperti es dan mineral. Pemahaman lebih dalam mengenai fenomena ini juga dapat menjadi panduan bagi misi eksplorasi dan pemukiman manusia di Bulan di masa depan.
Fenomena cahaya misterius ini menunjukkan bahwa Bulan, meski tampak sunyi dan tandus, masih menyimpan aktivitas internal dan rahasia geologi yang belum sepenuhnya terungkap.


