Umat Katolik Indonesia Sambut Antusias Kunjungan Bersejarah Paus Fransiskus, Pertama Sejak 1989

Jakarta — Dalam sebuah momen bersejarah yang penuh harapan dan antusiasme, umat Katolik di Indonesia bersiap menyambut kunjungan Paus Fransiskus, kunjungan pertama seorang pemimpin Gereja Katolik ke negara ini sejak tahun 1989. Kunjungan ini tidak hanya menjadi simbol penting bagi komunitas Katolik di Indonesia, tetapi juga mencerminkan harmoni dan kerukunan antaragama di negara dengan mayoritas penduduk Muslim ini.

Pada hari Minggu lalu, suasana di Katedral Maria Dikandung Tanpa Noda di Medan, Sumatera Utara, tampak sangat meriah. Misa yang biasanya khidmat, kali ini diiringi dengan semangat yang berbeda, mengingat Paus Fransiskus akan memulai tur dua minggunya di Asia Pasifik, yang dimulai di Indonesia. Setelah Indonesia, Paus juga akan mengunjungi Papua Nugini, Timor Timur, dan Singapura.

Pastor Joseph Gultom, salah satu pemimpin agama di Katedral tersebut, mengungkapkan kepada Al Jazeera betapa besar antusiasme umat Katolik di Indonesia terhadap kunjungan ini. Menurutnya, kehadiran Paus Fransiskus memberikan kesempatan yang langka dan sangat berarti untuk memperdalam iman serta memperkuat ikatan spiritual di tengah masyarakat yang mayoritas beragama Islam. “Tentu saja, ini adalah momen penting bagi kami. Paus adalah pemimpin tertinggi kami, dan kunjungan ini adalah kesempatan bagi umat Katolik di Indonesia untuk menunjukkan identitas dan keyakinan mereka kepada dunia,” ujarnya.

Indonesia, dengan lebih dari 270 juta penduduknya, mengakui enam agama secara resmi: Islam, Protestan, Katolik, Buddha, Hindu, dan Konghucu. Dari jumlah tersebut, sekitar 87% penduduk Indonesia beragama Islam, sementara sekitar 3% beragama Katolik. Meskipun minoritas, umat Katolik di Indonesia memiliki sejarah panjang dan peran yang signifikan dalam perkembangan negara ini.

Paus Fransiskus akan menjadi Paus ketiga yang mengunjungi Indonesia, mengikuti jejak Paus Paulus VI pada tahun 1970 dan Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1989. Setibanya di Jakarta, Paus dijadwalkan mengunjungi Masjid Istiqlal, simbol kebanggaan umat Islam Indonesia, serta Terowongan Persahabatan, sebuah terowongan bawah tanah yang menghubungkan masjid tersebut dengan Katedral Katolik di seberang jalan, sebagai simbol kerja sama antaragama.

Di samping itu, Paus juga akan bertemu dengan Imam Besar Indonesia, Nasaruddin Umar, dalam sebuah pertemuan antaragama yang diharapkan dapat memperkuat dialog dan kerjasama lintas keyakinan. Puncak dari kunjungannya di Jakarta adalah perayaan misa akbar yang akan dihadiri lebih dari 80 ribu umat di Stadion Gelora Bung Karno.

Sejarah dan Keberagaman di Medan

Di Medan, Katedral Maria Dikandung Tanpa Noda merupakan salah satu pusat kegiatan keagamaan yang penting bagi komunitas Katolik di kota tersebut. Menurut Erwin, salah satu jemaah di katedral tersebut, sejarah panjang katedral ini mencerminkan perkembangan agama Katolik di Indonesia yang dimulai sejak kedatangan bangsa Portugis pada abad ke-16. Katedral ini sendiri didirikan pada tahun 1905 oleh para pendeta Jesuit, dengan jamaah awalnya terdiri dari pendatang asal Belanda dan Tamil yang bekerja di perkebunan.

Erwin juga mengungkapkan bahwa uskup pertama Indonesia mulai memimpin di katedral ini pada tahun 1963, tidak lama setelah Indonesia merdeka dari Belanda. Sejak tahun 1970-an, jumlah jamaah asal Indonesia yang menghadiri misa di katedral ini terus meningkat, mencerminkan semakin kuatnya komunitas Katolik lokal.

Baginya, kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia adalah kesempatan langka dan sangat berharga, terutama bagi umat Katolik yang selama ini hanya bisa melihat pemimpin spiritual mereka melalui layar televisi. “Kehadiran Paus Fransiskus di Indonesia bukan hanya sebagai simbol pengakuan atas komunitas Katolik yang ada, tetapi juga sebagai pengingat bahwa kita semua, meskipun minoritas, memiliki peran penting dalam membangun Indonesia yang plural dan damai,” jelasnya.

Pentingnya Dialog Antaragama

Alexander Arifianto, seorang peneliti senior di Sekolah Studi Internasional S Rajaratnam (RSIS) di Universitas Teknologi Nanyang, menekankan pentingnya kunjungan ini dalam konteks hubungan antaragama di Indonesia. Menurutnya, meskipun umat Katolik di Indonesia adalah minoritas, mereka memiliki sejarah panjang sebagai bagian dari elite politik dan militer, terutama pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Kunjungan Paus Fransiskus, katanya, adalah peluang emas bagi pemerintah Indonesia untuk menampilkan citra sebagai negara Muslim yang modern, majemuk, dan toleran.

Arifianto juga menambahkan bahwa kunjungan ini memberikan kesempatan bagi organisasi Islam besar seperti Nahdlatul Ulama untuk menunjukkan komitmen mereka terhadap toleransi dan pluralisme. “Ini adalah momen penting bagi Indonesia untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Islam di Indonesia adalah Islam yang damai, yang bisa hidup berdampingan dengan agama lain dengan penuh hormat,” ujarnya.

Pengamanan Ketat dan Persiapan Jamaah

Menjelang kunjungan Paus, sekitar 2.000 jamaah dari seluruh Sumatera Utara telah bersiap untuk melakukan perjalanan ke Jakarta demi menghadiri misa bersama Paus. Di Katedral Maria Dikandung Tanpa Noda, persiapan juga dilakukan dengan sangat matang, termasuk pengamanan yang ketat. Nicholas Dharma, kepala keamanan katedral, menjelaskan bahwa gereja ini hanya memiliki satu pintu masuk dan keluar, yang selalu dijaga ketat sejak insiden bom parsel pada Malam Natal tahun 2000, ketika kelompok teroris Jemaah Islamiyah melakukan serangan terkoordinasi terhadap gereja-gereja di seluruh Indonesia.

Menurut Dharma, meskipun keamanan menjadi prioritas, kunjungan Paus Fransiskus tetap disambut dengan sukacita oleh umat Katolik di Medan. “Ini adalah momen bersejarah yang akan kami kenang sepanjang hidup. Tidak semua Paus pernah mengunjungi Indonesia, dan ini adalah kesempatan yang sangat langka bagi kami,” ujarnya.

Ririn Silalhi dan Yola Marpaung, dua mahasiswa sosiologi yang berusia 20 tahun, juga merasakan antusiasme yang sama. Meski biasanya beribadah di gereja Katolik lain di Medan, mereka datang ke katedral untuk menghadiri misa khusus menjelang kedatangan Paus. “Kami berharap kunjungan ini dapat mempererat hubungan antara Indonesia dan Vatikan, serta menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi toleransi dan keberagaman,” kata Silalhi.

Dengan penuh harap dan sukacita, umat Katolik di Indonesia menyambut kedatangan Paus Fransiskus sebagai tanda pengakuan atas keberadaan dan kontribusi mereka dalam masyarakat Indonesia yang beragam. Kunjungan ini diharapkan tidak hanya memperkuat iman umat Katolik, tetapi juga mempererat hubungan antaragama yang telah lama menjadi bagian integral dari identitas Indonesia.

Subscribe to My Newsletter

Subscribe to my weekly newsletter. I don’t send any spam email ever!