Jakarta — Dalam langkah bersejarah untuk mempercepat pembangunan perumahan rakyat dan mendukung keberlanjutan global, Jepang menawarkan konsep inovatif yang mencakup pembangunan perumahan, gedung, dan kota berwawasan lingkungan. Ketua Liga Parlemen Indonesia-Jepang, Rachmat Gobel, menyatakan bahwa dukungan ini merupakan bentuk nyata dari hubungan erat antara Indonesia dan Jepang yang telah terjalin selama beberapa dekade.
Pada seminar “Sustainable Housing, Building and Cities in Indonesia” yang digelar di Jakarta, Gobel mengungkapkan bahwa Jepang membawa teknologi canggih yang dirangkum dalam filosofi “Japan Technology and Japan Quality.” Seminar ini, yang berlangsung selama dua hari di Hotel Fairmont Jakarta, dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Wakil Menteri Perumahan Fahri Hamzah dan Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masaki Yasushi.
Rangkaian seminar ini juga menjadi bagian dari kunjungan resmi Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba ke Indonesia. Dalam pernyataannya, Perdana Menteri Ishiba menegaskan bahwa Jepang siap mendukung program prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, termasuk penyediaan tiga juta rumah rakyat. Dukungan ini mencakup teknologi konstruksi ramah lingkungan, pendanaan, dan berbagai inovasi lainnya yang relevan dengan kebutuhan Indonesia.
Wakil Menteri Fahri Hamzah menyoroti bahwa program pembangunan perumahan ini tidak hanya akan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat tetapi juga akan menjadi tonggak penting dalam menciptakan kawasan permukiman yang sehat dan berkelanjutan. Ia menambahkan bahwa dukungan dari negara-negara mitra, seperti Jepang, Qatar, dan Uni Emirat Arab, menjadi faktor kunci dalam keberhasilan program ini.
Dalam pidatonya, Gobel menyatakan bahwa meskipun fokus utama pemerintah adalah memenuhi target kuantitas, kualitas hunian tetap harus menjadi prioritas. Ia mengingatkan agar pembangunan tidak dilakukan di lahan produktif atau kawasan ekologis yang sensitif, seperti pesisir dan perbukitan. Selain itu, ia juga mendorong penggunaan teknologi ramah lingkungan yang dapat meningkatkan daya tahan bangunan sekaligus menjaga keseimbangan alam.
Berdasarkan data BPS, saat ini sekitar 15,21% rumah tangga Indonesia belum memiliki hunian tetap. Hal ini menandakan bahwa masih ada lebih dari 10 juta keluarga yang membutuhkan rumah layak huni. Namun, menurut REI, angka tersebut bisa lebih besar, mencapai 25 juta keluarga. Pemerintah telah mengalokasikan Rp35 triliun untuk mendukung program ini melalui berbagai skema, termasuk subsidi uang muka dan fasilitas pembiayaan perumahan.
Gobel menekankan bahwa rumah bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga simbol stabilitas dan harapan bagi keluarga. Ia percaya bahwa keberhasilan program ini akan berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mempercepat pencapaian visi “Indonesia Emas.”
Dengan dukungan teknologi dan pendanaan dari Jepang, serta kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta, Gobel optimistis bahwa proyek ini dapat menjadi contoh bagi negara lain dalam menciptakan solusi perumahan berkelanjutan. Ia mengakhiri pidatonya dengan apresiasi kepada Jepang sebagai mitra yang telah lama mendukung pembangunan Indonesia, seraya berharap bahwa kerja sama ini akan terus membawa manfaat bagi kedua negara.