Guncangan Makroekonomi: Awal Tahun 2025 Dipenuhi Tekanan dari Berbagai Arah

JAKARTA — Awal tahun 2025 menjadi periode yang penuh tantangan bagi perekonomian Indonesia. Sejumlah indikator utama mencerminkan tekanan besar yang dihadapi oleh pemerintah dalam menjaga stabilitas makroekonomi. Deflasi yang terjadi dalam dua bulan pertama tahun ini, depresiasi nilai tukar rupiah yang mencapai titik kritis, serta kejatuhan indeks pasar saham telah mempertegas bahwa perekonomian nasional sedang menghadapi tantangan besar.

Kondisi ini diperburuk oleh melemahnya daya beli masyarakat, yang tercermin dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS). Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Januari mengalami deflasi sebesar 0,76 persen secara bulanan, diikuti dengan deflasi sebesar 0,48 persen pada Februari. Bahkan, secara tahunan, IHK mencatat deflasi 0,09 persen, sesuatu yang terakhir kali terjadi pada Maret 2000.

Di pasar keuangan, tekanan juga semakin terasa. Nilai tukar rupiah melemah hingga menyentuh level Rp 16.575 per dolar AS pada akhir Februari, sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok ke level 6.300, level terendah sejak 2021.

Dalam lingkup fiskal, penerimaan negara mengalami tekanan berat. Kementerian Keuangan melaporkan defisit APBN sebesar Rp 31,2 triliun hingga Februari, mencerminkan adanya anomali dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Berbagai tantangan ini semakin diperburuk oleh ketidakpastian kebijakan ekonomi. Kebijakan fiskal yang dinilai tidak cukup responsif terhadap kondisi ekonomi terkini serta keputusan perpajakan yang masih maju-mundur telah menimbulkan ketidakpastian di kalangan dunia usaha dan investor.

Situasi ini diperparah dengan keputusan Morgan Stanley Capital International (MSCI) dan Goldman Sachs yang menurunkan peringkat aset investasi Indonesia menjadi underweight, mencerminkan meningkatnya risiko fiskal dan perlambatan ekonomi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mencoba menenangkan pasar dengan menyoroti surplus Neraca Pembayaran Indonesia dan kinerja perdagangan yang masih positif. Namun, tekanan dari berbagai sektor ekonomi tetap menuntut respons kebijakan yang lebih cepat dan terarah agar guncangan ekonomi tidak semakin dalam.

Subscribe to My Newsletter

Subscribe to my weekly newsletter. I don’t send any spam email ever!